Ubah Perspektif Manajemen Operasional Melalui buku “The Goal”

Share This Post

Opini ditulis oleh: Prema Nurseta, M.A., CSCA, CPLM

Apabila Anda tertarik ingin mendalami konsep Supply Chain Management, ada salah satu rekomendasi novel manajemenyaitu “The Goal” yang ditulis oleh Dr. Eliyahu Goldratt dan diterbitkan pada tahun 1984. Dr. Eliyahu Goldratt adalah seorang penulis, guru, dan konsultan manajemen bisnis. Ia terkenal karena kontribusinya dalam pengembangan Teori Kendala atau Theory of Constraints (TOC), yang merupakan kerangka kerja manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja sistem bisnis dengan mengidentifikasi dan mengatasi kendala yang membatasi produktivitas dan profit. Melalui buku ini, Goldratt mengenalkan konsep teori bottleneck (hambatan) dan Theory of Constraints (TOC). Buku “The Goal” merupakan pendekatan revolusioner yang bisa mengubah perspektif Anda terhadap manajemen operasional. Melalui tokoh bernama Alex Rogo, seorang manajer pabrik yang terancam kegagalan pada pabriknya, buku ini memperkenalkan prinsip-prinsip TOC dan dampak transformasionalnya dalam meningkatkan performa pabrik yang dikelola olehnya. Goldratt mampu menjelaskan konsep dan permasalahan operasional yang seringkali dianggap rumit melalui penjelasan yang sederhana dan solusi yang dapat diterapkan.

Pengenalan perspektif baru tentang manajemen operasional melalui cerita Alex Rogo

Ada chapter cukup menarik yang bisa memperluas perspektif kita terhadap operasional. Pada chapter 13-15, Alex Rogo–tokoh utama pada buku ini, yang sedang menghadapi masalah di pabrik produksinya, menemukan sebuah solusi unik. Ia menyamakan operasional perusahaan dengan saat mendaki bukit secara berkelompok. Perumpamaan ini awal muncul ketika ia ditunjuk untuk memimpin kegiatan mendaki bukit yang diadakan oleh sekolah dimana anaknya bersekolah. Target dari kegiatan ini adalah menuju puncak bukit dalam 6 jam.

Pada awal pendakian, Alex mengalami kesulitan karena dirinya tidak mengenal anggota dari segi kemampuan, sehingga ia hanya sekadar mendaki tanpa menetapkan strategi tertentu. Setelah beberapa lama mendaki, Alex menyadari bahwa target tidak akan tercapai apabila ia tidak melakukan perubahan. Dimulai dengan perubahan pertama, ia mencoba untuk menata cara mendaki seperti gerbong kereta dan setiap anggota diminta untuk saling berpegangan tangan. Namun, strategi ini ternyata belum cukup untuk mempercepat laju mereka. Kemudian, Alex mempelajari bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda, dan ia mencoba untuk mengatur urutan berdasarkan kemampuan per anggota. Hasilnya, cara ini justru berhasil untuk mempercepat kegiatan mendaki dan mereka sampai di puncak gunung kurang dari 6 jam.

Tetapi di tengah perjalanan, Alex melihat ada beberapa individu yang mencoba berjalan lebih cepat dan memutus “rantai” dan menabrak teman di depannya. Sehingga, ia harus mengingatkan dan mengendalikan para anggotanya untuk tetap berada di jalur dan bergerak pada kecepatan yang telah ditetapkan. Setelah mencapai puncak bukit dan menyelesaikan kegiatan, Alex kemudian menyadari terdapat kesamaan antara mendaki gunung dan permasalahan yang terjadi dalam pabriknya. Selama ini, Alex tidak mengenali kemampuan masing-masing karyawannya sehingga ia hanya menjalankan operasional perusahaan tanpa strategi yang relevan dengan situasi timnya. Setelah kejadian tersebut, Alex lalu mencoba menerapkan penyelesaian serupa pada pabriknya.

Selain itu, buku ini memiliki relevansi yang kuat dalam menjalankan perusahaan di era modern seperti sekarang. “The Goal” secara tegas menggarisbawahi pentingnya perbaikan berkelanjutan dan pengelolaan bottleneck, yang mana sangat relevan dengan kebutuhan bisnis saat ini. Selain itu, karya tulisan milik Goldratt ini juga mencerminkan prinsip-prinsip metodologi Lean Six Sigma, Agile, dan Sustainability. Mengintegrasikan konsep-konsep ini dapat membantu perusahaan mengadopsi pendekatan yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan dan memastikan keberlangsungan bisnis jangka panjang. Tidak hanya itu saja, buku ini menekankan pentingnya kepuasan pelanggan dan optimasi operasional secara menyeluruh, dimana hal ini sesuai dengan strategi bisnis berorientasi pelanggan yang diadopsi oleh banyak perusahaan saat ini.

Dalam bagian selanjutnya, saya akan membahas empat poin utama yang bisa diambil dari buku ini. Secara garis besar, buku ini memberikan pelajaran tentang:

1. Bottleneck

Buku ini menyoroti kasus bottleneck dalam operasional perusahaan. Secara sederhana, bottleneck merujuk pada titik terjadinya hambatan dalam proses produksi atau aliran kerja atau material, sehingga mengakibatkan tingkat produksi yang lebih lambat secara keseluruhan. Maka dari itu, sangat penting bagi perusahaan terutama manajer bagian produksi atau operasional mengidentifikasi, memanfaatkan, dan mencegah bottleneck karena itu kunci untuk meningkatkan kinerja dalam operasional.

2. Profit Perusahaan

Goldratt, sang penulis, memperkenalkan metrik kinerja yang menarik. Perusahaan dapat meningkatkan profit tidak hanya dari penjualan atau throughput, tetapi juga dari pengelolaan inventory dan pengurangan biaya operasional. Mendepankan efisiensi dalam pengelolaan inventory, dapat membantu perusahaan untuk mengetahui jenis inventory apa yang harus dimiliki dengan jumlah yang tepat pada waktu yang tepat. Sedangkan untuk segi biaya operasional, buku ini, menyoroti pentingnya mengidentifikasi biaya yang krusial. Goldratt beranggapan bahwa menurunkan biaya operasional berarti menghemat. Tetapi cara itu tidak selalu benar, perusahaan harus bisa identifikasi biaya mana yang vital dan meningkatkan produktivitas operasionalnya.

3. Drum-Buffer-Rope

Goldratt secara sederhana menjelaskan bahwa operasional suatu perusahaan harus menyinkronkan aliran kerja agar mampu mengoptimalkan produksi. Dalam bukunya, ia menyampaikan bahwa dalam kegiatan manufaktur, perusahaan harus mampu mengatur ritme drum (tempo dimana bottleneck harus beroperasi dalam kesatuan produksi). Lalu, memastikan adanya buffer inventory dan waktu yang digunakan pada mesin yang dianggap sebagai kendala supaya mesin tersebut tidak berhenti bekerja. Kemudian yang tidak kalah penting, rope atau sinyal yang digunakan untuk melepas pekerjaan pada lantai produksi yang berguna untuk memastikan beban kerja tidak melebihi kapasitas bottleneck. Singkatnya dalam produksi, perusahaan harus memastikan bahwa ritme produktivitas mesin yang menjadi bottleneck menentukan efisiensi dan efektivitas sistem produksi. Konsep ini juga dapat diterapkan pada hal lain untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

4. Paradoks dalam Produktivitas

Buku ini memiliki sudut pandang yang bersebrangan dengan kebijakan tradisional. Umumnya, para manajer operasional sibuk mengejar efisiensi dengan cara meminimalkan biaya dalam kegiatan produksi, dimana hal ini justru menjadikan kontraproduktif terhadap tujuan utama yaitu maksimalkan throughput dan profit. Selain itu, buku ini mengeksplor paradoks pada sudut pandang mengejar produktivitas dengan mengorbankan kepuasan dan kesejahteraan karyawan perusahaan. Alex Rogo menyadari bahwa karyawan adalah aspek penting untuk mencapai produktivitas tinggi, sehingga penting sekali menciptakan lingkungan kerja yang positif dan nyaman bagi karyawan untuk mendorong munculnya rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab pada hasil pekerjaannya.

Masih banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku  “The Goal” ini, maka dari itu karya Eliyahu Goldratt ini jadi salah rekomendasi buku bacaan yang insightful. Lewat alur ceritanya, Anda akan memahami konsep kunci Teori Kendala (TOC) dan bagaimana itu dapat mengubah perusahaan. Menurut saya, ‘The Goal’ bukan sekadar buku bacaan manajemen lainnya, melainkan sumber wawasan dan inspirasi yang akan mengubah cara para pembaca memandang operasi dan manajemen. Penjelasan cara penerapan teori secara tidak langsung menghibur dan tidak membosankan. Hal unik lainnya, setiap pembaca dapat memahami pelajaran dari buku ini  dari sudut pandang yang berbeda sesuai dengan pekerjaan si pembaca.

Penulis
Picture of Prema A.V Nurseta, M.A, CSCA, CPLM

Prema A.V Nurseta, M.A, CSCA, CPLM

Prema adalah lulusan Sarjana Manajemen Rantai Pasok dari University of Wollongong dan Magister Manajemen dari Maastricht School of Management dengan pengalaman kerja profesional pada manajemen rantai pasokan dan logistik, terutama dalam distribusi dan gudang. Prema memiliki pemahaman yang jelas tentang Logistik dan Manajemen Strategis, serta sertifikasi CSCA, CPLM dari ISCEA dan CSCP dari APICS. Saat ini, Prema bekerja sebagai Analis Rantai Pasokan di Medtronic (Belanda) sejak September 2023, sebelumnya bekerja sebagai Koordinator Rantai Pasokan dan Pergudangan di AAEON Europe (Belanda) pada Maret 2022, Perencana Material di Philip Morris International (Indonesia) pada September 2021, dan Controller Gudang di PT Sayap Mas Utama (Indonesia) pada September 2018.

More To Explore