Sebuah organisasi tidak mungkin bersifat statis dalam jangka panjang karena dibutuhkan perubahan untuk tercapainya kondisi yang diinginkan. Organizational Change Management (OCM) adalah perubahan struktur atau budaya organisasi. OCM sangat bermanfaat karena adanya perubahan yang mengharuskan karyawan mempelajari keterampilan baru, salah satunya seperti perubahan keterampilan pokok yang perlu dimiliki oleh Manajer Supply Chain. Sekitar tahun 1980 hingga 2000, keterampilan yang dimiliki oleh manajer supply chain adalah local hierarchical leadership dan reactive yang belum mengedepankan kerja sama dengan multi organisasi. Seiring dengan perkembangan zaman, manajer supply chain diharapkan memiliki coordination skill, sparse ability to influence, dan responsive. Ketiga keterampilan pokok ini diperlukan untuk cakupan lebih luas karena supply chain berkaitan dengan multi organisasi dan manajer juga perlu memiliki kemampuan untuk koordinasi, mengelola, dan memiliki strategi untuk bekerja sama dengan mitra bisnis.
Berdasarkan transformasi keterampilan di atas dan cakupan supply chain yang lebih luas, adapun beberapa keterampilan lainnya yang menjadi syarat untuk manajer supply chain yaitu analytical, technological, planning, relationship, leadership, adaptability, project management. Pada era revolusi industri 4.0, terjadi perkembangan teknologi yang begitu melesat. Salah satu contoh perkembangan teknologi dibidang supply chain adalah warehouse management system. Perubahan ini tentunya menuntut karyawan, khususnya manajer untuk melek teknologi dan memiliki kemampuan analisis. Manajer perlu lebih mengetahui perkembangan teknologi agar dapat memberikan arahan kepada tim dan membuat rencana untuk memecahkan masalah kompleks yang terjadi pada perkembangan teknologi.
Dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kinerja sebuah tim, tentunya manajer harus memiliki leadership. Dalam meningkatkan efektivitas leadership dibutuhkan beberapa kemampuan seperti komunikasi untuk menjalin hubungan dengan karyawan dan mampu mengambil keputusan. Dengan pendekatan ini, maka manajer akan lebih mudah untuk melakukan koordinasi dengan tim karena telah terciptanya lingkungan kerja yang efektif untuk para karyawan.
Menurut Aamodt (2010), terdapat dua tipe leader yaitu person-oriented leaders dan task-oriented leaders. Person-oriented Leaders akan fokus kepada kesejahteraan karyawan dengan menciptakan lingkungan yang positif. Hal ini tentu akan meningkatkan produktivitas karyawan, meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi konflik kerja. Namun, jika leader sangat mengedepankan keakraban dengan karyawan, bisa jadi kedua belah pihak akan sulit menentukan otoritas dari masing-masing peran di perusahaan.
Berbeda dengan task-oriented leaders yang berfokus kepada tugas yang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan dan target. Leader dengan tipe ini akan melakukan kontrol penuh terhadap proses kerja dan menetapkan prosedur yang harus dilakukan oleh karyawan agar target berhasil terpenuhi. Namun, Tentunya, kedua tipe ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sehingga seorang leader harus memahami waktu dimana dirinya dapat menggunakan people oriented dan task oriented. Kedua tipe tersebut tidak dapat digunakan salah satu dalam jangka waktu yang lama karena dalam satu waktu leader harus menggunakan pendekatan kepada tim untuk mengetahui permasalahan pada kinerja mereka. Namun disisi lain leader perlu berorientasi kepada tugas agar target dapat tercapai sesuai dengan tujuan awal.
Sebagai seorang leader, manajer perlu memiliki keterampilan membuat rencana yang melibatkan penetapan tujuan serta memutuskan tindakan yang perlu dilakukan. Terutama ketika organisasi meluncurkan projek baru yang tentunya membutuhkan banyak rencana untuk berhasil memenuhi target.
Maka dapat disimpulkan bahwa leadership yang baik adalah ketika seorang manajer dapat menemukan keseimbangan antara menjalin hubungan baik dengan para karyawan, tetapi juga tetap mengutamakan profesionalisme demi terwujudnya win-win solution bagi seluruh pihak di perusahaan. Untuk mencapai tujuan itu, para manajer perlu bersikap terbuka akan hal-hal baru, terlebih lagi ketika banyaknya inovasi baru yang lahir dan menuntut kita untuk adaptif akan perubahan.
Penulis : Shafa Aqiella Ikhsan
Kata kunci : supply chain leaders, leadership in supply chain, supply chain skills, supply chain manager skills, supply chain leadership
Sumber:
Aamodt, M. G. 2010. Industrial/ Organizational Psychology: An Appied Approach. Sixth Edition. USA : Wadsworth Cengage Learning.