Adanya pandemi, membuat sektor kesehatan menjadi sorotan utama saat ini. Seiring dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang meningkat mendorong penyedia layanan kesehatan harus memutar otak agar permintaan masyarakat dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Ketepatan waktu pendistribusian obat-obatan, perkiraan stok obat untuk beberapa waktu kedepan menjadi pondasi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pelanggan.
Tahukah Anda, keilmuan supply chain sejatinya dapat diterapkan pada berbagai sektor industri, tak terkecuali pada sektor kesehatan. Efisiensi dan efektivitas organisasi pelayanan kesehatan menjadi faktor penting untuk mendukung siklus pendapatan dan ketepatan kehadiran barang. Manajemen supply chain pada pelayanan kesehatan fokus pada pengelolaan sumber daya, pengelolaan persediaan sampai dengan pemberian nilai value kepada pasien. Hampir (98 persen) rumah sakit dan pemimpin rantai pasokan percaya bahwa optimalisasi rantai pasokan meningkatkan margin rumah sakit; 60 persen mengatakan analitik rantai pasokan berdampak positif pada kualitas perawatan (Sumber : Sage Growth Partners).
Pada artikel ini, ISCEA Indonesia akan membahas mengenai peran dan fungsi ilmu Supply Chain Management dalam pelayanan dunia kesehatan. Melalui pengetahuan dan implementasi yang tepat diharapkan nantinya dapat mengendalikan berbagai biaya yang terkait dengan manajemen persediaan dan beberapa hal yang berhubungan lainnya.
Penerapan Supply Chain di Layanan Kesehatan
Salah satu praktisi supply chain, James Spann (Practice Leader of Supply Chain & Logistics at Simpler Healthcare), mengatakan bahwa pada dasarnya Supply Chain merupakan manajemen hubungan hulu dan hilir antara pemasok sampai dengan pelanggan. Dalam penerapannya, alur supply chain di layanan kesehatan dimulai dari produsen produk medis tempat barang diproduksi yang kemudian didistribusikan ke rumah sakit atau tempat layanan kesehatan sejenis. Rumah sakit atau pusat layanan kesehatan dapat membeli persediaan secara langsung melalui produsen ataupun distributor. Untuk transaksi dapat dilakukan dengan group purchasing organization ataupun mandiri. Produk yang sudah dibeli akan dikirim ke tujuan dan disimpan sebagai persediaan (stok). Pihak pengelola harus memastikan persediaan tersebut akan cukup untuk beberapa waktu kedepan, serta mereka juga harus bisa melakukan perencanaan belanja selanjutnya.
Tantangan Supply Chain yang Terjadi di Sektor Sesehatan
Pada realitanya, berbagai sektor industri yang memiliki perhatian khusus terhadap produk healthcare masih menjumpai beberapa permasalahan umum yang menghambat proses bisnis mereka, berikut merupakan beberapa permasalahan tersebut.
- Kehabisan Stok (Out-of-stock issues)
Demand yang berubah-ubah dan tergantung dengan kebutuhan pribadi masyarakat terkadang menyebabkan stok menjadi terbatas atau bahkan out of stock pada beberapa retailer. Fenomena ini menyebabkan efek domino terhadap kemampuan beli pelanggan. Keterbatasan stok barang yang tersedia menyebabkan harga barang yang bersangkutan akan melambung tinggi. Hal ini akan menurunkan kemampuan beli masyarakat, sehingga pendapatan perusahaan akan menurun pula. - Permintaan Untuk Jenis Produk Tertentu dalam Inventory (Demand for specific types of products in inventory)
Sebagai contoh, ketika wabah Covid-19 terjadi, kebutuhan akan barang-barang perlindungan diri sangat meningkat tajam, seperti masker, hand-sanitizer dan lain sebagainya. Hal ini tentunya harus direspon dengan cepat oleh produsen untuk berusaha meningkatkan jumlah produksinya karena jumlah demand yang meningkat. Sedangkan retailer harus dapat merencanakan jumlah barang yang harus mereka stok untuk memenuhi kebutuhan pasar. - Penimbunan Persediaan (Hoarding of Supplies)
Kondisi yang tidak menentu dari waktu ke waktu menyebabkan beberapa pihak menyiasatinya dengan mengumpulkan barang-barang yang berpotensi dibutuhkan di masa yang akan datang untuk meraih keuntungan pribadi. Sayangnya, tindakan seperti ini malah akan menyebabkan supply tidak dapat tersebar secara merata, dan menyebabkan beberapa wilayah mengalami kesulitan untuk memenuhi demand. Hal ini tentunya sangat berdampak buruk mengingat kebutuhan akan komoditas healthcare yang merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Cara Menghadapi Tantangan pada Penerapan Supply Chain di Sektor Healthcare
Untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha di bidang healthcare, berikut beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan.
- Memperkuat Sistem Komunikasi
Banyaknya sistem yang berada di sebuah organisasi pelayanan kesehatan ataupun rumah sakit mendorong adanya sebuah integrasi agar sistem-sistem yang bekerja dapat saling berinteraksi untuk meraih tujuan yang sama. Untuk menciptakan integrasi yang kuat diperlukan adanya sebuah manajemen mengenai aspek klinikal dan juga finansial. - Merancang Sistem yang Terbuka dan Fleksibel
Dengan sistem yang transparan atau terbuka, informasi-informasi akan lebih mudah diakses. Begitu juga ketika ada perubahan, sistem yang dapat menyesuaikan kebutuhan membuat proses koordinasi antar stakeholder menjadi lebih mudah. Transparansi dan fleksibilitas dalam sebuah sistem dapat membantu stakeholder sektor kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. - Membuat Laporan dan Analitik
Laporan baik dari segi aspek kegiatan maupun finansial harus terekam dan disampaikan secara terbuka untuk meminimalisir terjadinya salah paham akan penggunaan resource yang telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien. - Menerapkan Automation/Supply Chain Technologies
Penerapan keilmuan supply chain pada bidang-bidang terkait sangatlah penting. Beberapa cara yang dapat dipelajari diantaranya adalah mendalami ilmu PAR, Kanban, ROP/ROQ, EOQ/ROP, Min/Max, dan Consignment capabilities; pemanfaatan ilmu yang tepat akan mengantarkan tercapainya tujuan suatu departemen dengan baik. - Meningkatkan Keunggulan Layanan
Servis dalam industri kesehatan juga merupakan hal yang penting dan perlu menjadi pertimbangan dalam memperkuat supply chain-nya. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sektor kesehatan adalah membuat desain alur kerja klinis dan keuangan yang efektif, mendefinisikan persyaratan implementasi, dan memberikan dukungan sebelum, selama, dan setelah implementasi.
Kesimpulannya, penggunaan sistem terotomasi dan juga data analytics sangat berperan vital dalam menciptakan sistem healthcare yang efisien. Karena dengan penerapan ilmu supply chain yang baik, perusahaan akan lebih mampu menerapkan cost reduction strategies yang sangat baik. Selain itu, melalui perencanaan investasi dan juga perhitungan yang tepat akan berpotensi mendatangkan tingkat ROI (Return of Investment) yang sangat besar pula.
Penulis : Reyhan Atma (Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Referensi
Boldt, K., 2020. Healthcare Supply Chain Management Technology: Why Hospitals Should Invest. [Online] Available at: https://www.medsphere.com/blog/why-invest-in-healthcare-inventory-and-scm/ [Diakses 15 September 2021].
Brody, B., 2020. 4 High-Tech Tools Johnson & Johnson Is Using to Get Products to You During the Pandemic. [Online] Available at: https://www.jnj.com/innovation/johnson-johnson-supply-chain-technology-during-coronavirus [Diakses 15 September 2021].
Johnson, J., 2020. Johnson & Johnson Earns the #3 Spot on the 2020 Gartner Supply Chain Top 25 List. [Online] Available at: https://www.jnj.com/latest-news/johnson-johnson-among-top-3-2020-gartner-supply-chain-list [Diakses 15 September 2021].
LaPointe, J., 2016. Exploring the Role of Supply Chain Management in Healthcare.
Raymond, T., 2019. Management Supply Chain & Peran Pentingnya Dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan. [Online] Available at: https://mvpjogja.com/management-supply-chain-peran-pentingnya-dalam-organisasi-pelayanan-kesehatan/ [Diakses 15 September 2021].
Stamford, C., 2020. Gartner Announces Rankings of the 2020 Supply Chain Top 25. [Online] Available at: https://www.gartner.com/en/newsroom/press-releases/2020-05-20-gartner-announces-rankings-of-the-2020-supply-chain-top-25 [Diakses 15 September 2021].